westportinn.com – Menjelang libur panjang Hari Kenaikan Yesus Kristus dan cuti bersama, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Pada penutupan perdagangan Rabu (28/5), rupiah ditutup pada level Rp16.296 per dolar AS, melemah 0,06% dibandingkan penutupan sebelumnya .

Faktor-Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah

Beberapa faktor berkontribusi terhadap pelemahan rupiah menjelang libur panjang:

  1. Aksi Ambil Untung dan Permintaan Dolar Domestik
    Menjelang akhir bulan dan libur panjang, pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung. Selain itu, permintaan dolar AS meningkat untuk memenuhi kewajiban pembayaran impor dan utang luar negeri .

  2. Penguatan Indeks Dolar AS (DXY)
    Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, mengalami penguatan. Pada Rabu (28/5), DXY diperdagangkan di level 99,77, naik 0,77% dari hari sebelumnya, didorong oleh data ekonomi AS yang positif dan sikap AS yang lebih lunak terhadap Uni Eropa terkait tarif perdagangan .

  3. Ketidakpastian Ekonomi Global
    Ketidakpastian terkait kebijakan fiskal AS dan dinamika perdagangan global turut menekan nilai tukar rupiah. Investor cenderung mengalihkan aset ke instrumen yang dianggap lebih aman, seperti dolar AS .

Dampak Terhadap Pasar Keuangan Domestik

Meskipun terjadi pelemahan rupiah, aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia masih menunjukkan tren positif. Bank Indonesia mencatat bahwa pada periode 26–27 Mei 2025, investor asing mencatatkan beli neto sebesar Rp1,50 triliun, terutama di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan saham .

Namun, pelemahan rupiah tetap menjadi perhatian, terutama jika tren ini berlanjut setelah libur panjang Klik Disini. Pelaku pasar akan memantau data ekonomi global dan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, termasuk risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) AS yang akan dirilis dalam waktu dekat 

Prospek Nilai Tukar Rupiah

Analis memperkirakan bahwa pergerakan rupiah dalam jangka pendek akan dipengaruhi oleh sentimen global dan data ekonomi AS. Jika data ekonomi AS terus menunjukkan penguatan, dolar AS berpotensi melanjutkan penguatannya, yang dapat menekan rupiah lebih lanjut. Sebaliknya, jika terdapat sinyal dovish dari The Fed atau data ekonomi AS melemah, rupiah berpeluang menguat kembali.

Bank Indonesia diharapkan tetap waspada dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, termasuk intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan.

 

By admin